ESSAY DIRI

Nama : Siti Ameliana Azahro
Fakultas : Bisnis dan Teknologi Digital
Prodi : S1 Manajemen
Kelompok : 6 vega

Nama saya Siti Ameliana Azahro dan biasa dipanggil Amel. Saya lahir tanggal di Gresik pada tanggal 11 November 2005. Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan memiliki dua adik laki-laki yang usianya sekitar tujuh tahun lebih muda dari saya. Kemudian ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga, sedangkan ayah saya adalah seorang wiraswasta.

Kisah ini bermula ketika saya baru memasuki sekolah menengah atas, layaknya siswa pada umumnya saat kegiatan belajar mengajar dimulai, saya semangat sekali belajar dan mencari teman baru. Saya merupakan siswa jurusan IPS, alasan memilih jurusan ini karena saya bercita-cita menjadi seorang wirausaha. Namun saat saya kelas 10 dan 11 ada kendala yang mengakibatkan pembelajaran jadi terhambat yaitu adanya virus covid-19.
Pada masa Pandemi Covid – 19 ini pembelajaran di Indonesia atau bahkan hampir diseluruh dunia pasti mengalami gangguan. 

Mulai dari gangguan teknis pembelajaran sampai gangguan pada psikologis guru dan peserta didik.Nah, gangguan-gangguan ini tentu saja menimbulkan permasalahan baru dalam kehidupan. Tak terkecuali dengan dunia pembelajaran di sekolah, semua kalang kabut sehingga terkesan tak siap menerima perubahan mendadak ini. Virus corona datang tiba-tiba saja tak diundang menyeruak menjangkiti manusia. Termasuk menjangkiti dunia pendidikan di Indonesia
Selama wabah corona menjangkit hampir di seluruh dunia pembelajaran secara dalam jaringan (daring) dianggap menjadi solusi kegiatan belajar mengajar. Meski berbagai instansi pendidikan telah menyepakati, cara ini menuai banyak kontroversi di masyarakat. Bagi tenaga pengajar, sistem pembelajaran daring hanya efektif untuk penugasan. Mereka menganggap untuk membuat siswa memahami materi, cara daring dinilai sulit.

Selain itu, kemampuan teknologi dan ekonomi setiap siswa berbeda-beda. Tidak semua siswa memiliki fasilitas yang menunjang kegiatan belajar jarak jauh ini. Koneksi lemah, alat penunjang yang tidak mumpuni, dan kuota internet yang mahal menjadi hambatan nyata. Ini juga berlaku bagi para pendidik atau guru yang mengemban tugas negara.

Meskipun begitu, pembelajaran harus terus berlanjut. Setiap sekolah termasuk para stafnya tak kehilangan akal untuk mencari solusi segala kekurangan di tengah mewabahnya pandemi. Para guru memiliki cara masing-masing dalam menyikapi kekurangan ini. Mata
Di dalam kelas dengan proses belajar secara tatap muka saja masih banyak yang bingung dan bertanya berulang-ulang apalagi jika harus melalui daring. Pada kenyataannya internet sering lemah dan smartphone para siswa yang kadang tidak mumpuni. Memang beberapa materi harus dijelaskan secara langsung, jelasnya. Seperti itu pula yang saya rasakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kali ini dengan materi debat. Pada materi ini idealnya para siswa saling bersemuka dan berkomunikasi dengan suara untuk melaksanakan proses debatnya.

Hal ini tentu membutuhkan kuota internet yang lumayan banyak, sementara tidak semua orang tua siswa adalah orang yang mampu. Seperti yang kita tahu bahwa kuota internet begitu mahal, apalagi melihat faktor ekonomi di tengah pandemi ini sungguh dapat membuat krisis tiap rumah tangga bahkan perusahaan besar.Nah berdasarkan beberapa pengalaman mengajar secara daring selama ini, sistem pembelajaran memang efektif tapi menurut pendapat saya hanya efektif untuk memberi penugasan saja. Melihat banyaknya faktor yang dialami oleh para guru maupun siswa. Selain itu tugas yang diberikan kepada siswa seringkali menumpuk dan membuat para siswa dapat menjadi stres.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSES PELAYANAN KESEHATAN

Ramadhan Kareem 1445 H

Resume materi 3 Indonesia Emas (mandiri dan bersatu dalam nilai gotong royong yang berintegritas)